Senin, 13 Februari 2012


GEORGE CARLIN PARADOKS

Paradoks dalam zaman di masa hidup kita adalah bahwa kita memiliki gedung-gedung yang lebih tinggi tetapi kesabaran yang pendek, jalan bebas hambatan yang lebih lebar tetapi sudut pandang yang lebih sempit.

Kita mengeluarkan uang lebih banyak, tetapi memiliki lebih sedikit; kita membeli lebih banyak, tetapi menikmati lebih sedikit.

Kita memiliki rumah yang lebih besar dan keluarga yang lebih kecil, lebih nyaman, tetapi waktu yang lebih sedikit.

 Kita memiliki lebih banyak gelar, tetapi logika yang lebih sedikit; lebih banyak pengetahuan, tetapi penilaian yang lebih sedikit; lebih banyak ahli, tetapi lebih banyak masalah; lebih banyak obat-obatan, tetapi kesehatan yang lebih sedikit.

Kita minum dan merokok terlalu banyak, meluangkan waktu dengan terlalu ceroboh, tertawa terlalu sedikit, menyetir terlalu cepat, marah terlalu besar, tidur terlalu larut, bangun terlalu lelah, membaca terlalu sedikit, menonton TV terlalu banyak, dan berdoa terlalu jarang.

Kita telah melipatgandakan barang milik kita, tetapi mengurangi nilai kita.

Kita terlalu banyak berbicara, terlalu jarang mencintai, dan terlalu sering membenci.

Kita telah belajar bagaimana mencari uang, tetapi bukan kehidupan.

Kita telah menambah tahun-tahun dalam hidup kita, tetapi bukan kehidupan dalam tahun tahun tersebut.

Kita telah mencapai bulan, tetapi memiliki masalah dalam menyeberang jalan dan menemui tetangga baru.

Kita telah mengalahkan luar angkasa, tetapi bukan dalam diri kita.

Kita telah melakukan hal-hal besar, tetapi bukan hal-hal yang lebih baik.

Kita telah membersihkan udara, tetapi mengotori sang jiwa.

Kita telah mengalahkan atom, tetapi bukan rasa diskriminasi.

Kita menulis lebih banyak, tetapi mempelajari lebih sedikit. Kita berencana lebih banyak, tetapi mencapai lebih sedikit.

Kita telah belajar untuk terburu-buru, tetapi bukan menunggu. Kita membuat lebih banyak komputer untuk menampung lebih banyak informasi, menghasilkan fotocopy yang lebih banyak, tetapi kita berkomunikasi semakin lebih sedikit.

Ini adalah zaman dimana makanan siap saji dan pencernaan yang lambat, orang besar dengan karakter yang kecil, keuntungan yang tinggi dan hubungan yang renggang.

Ini adalah zaman dimana ada dua penghasilan tetapi lebih banyak perceraian, rumah yang lebih mewah tetapi keluarga yang berantakan.

Ini adalah zaman dimana perjalanan dibuat singkat, popok sekali pakai buang, moralitas yang mudah dibuang, hubungan satu malam, berat badan berlebihan, dan pil-pil yang melakukan segalanya dari menceriakan, menenangkan, sampai membunuh.

Ini adalah zaman dimana banyak barang di etalase showroom dan tak ada stok dalam ruang persediaan. Zaman dimana teknologi dapat menyampaikan surat ini kepada Anda, dan zaman dimana Anda dapat memilih apakah Anda akan berbagi renungan ini, atau hanya tekan “hapus”…

Ingatlah, luangkan lebih banyak waktu dengan orang yang Anda kasihi, karena mereka tidak akan ada selamanya.

Ingatlah, ucapkan kata yang baik kepada orang yang memandang Anda dengan ketakutan, karena si kecil tersebut akan segera tumbuh besar dan meninggalkan Anda.

Ingatlah, beri pelukan hangat kepada orang di sisi Anda, karena itulah satu-satunya harta yang dapat Anda berikan dengan hati dan tidak membutuhkan biaya.

Ingatlah, katakan “saya menyayangimu” kepada pasangan Anda dan orang yang Anda kasihi, tetapi dengan penuh makna. Ciuman dan pelukan akan memperbaiki luka ketika dilakukan dari lubuk hati yang paling dalam.

Ingatlah, bergandeng tangan dan nikmati saat itu karena suatu hari orang tersebut tidak akan ada lagi.

Berikan waktu untuk mencintai, berikan waktu untuk berbicara! Dan berikan waktu untuk berbagi pikiran-pikiran yang berharga di benak Anda.

DAN INGATLAH SELALU: 
Hidup tidak diukur oleh jumlah nafas kita, tetapi oleh saat-saat yang menghabiskan nafas kita.

Sabtu, 28 Januari 2012


All we need is love... is WRONG !!!

Yang aku tahu, begini urutannya :
Pertama, Trust
Kedua, Respect
Ketiga, baru Love

Mengapa begitu ?

Untuk bisa menjadi orang yang dipercaya, kita dituntut untuk punya karakter sebagai berikut :
Honesty
Congruence
Humility
Courage

Ketika banyak orang percaya pada kita, itu artinya kita sudah percaya pada diri sendiri, karena kita memiliki keempat ciri di atas, sehingga akibatnya mudah juga buat kita untuk percaya pada orang lain.

Orang yang tidak bisa percaya pada orang lain seringnya karena dia juga tidak bisa percaya pada dirinya sendiri, dalam arti dia tidak/kurang jujur, apa yang dikatakannya berbeda dengan perbuatannya, tidak/kurang rendah hati, dan tidak/kurang berani menyatakan hal yang sebenarnya ingin dikatakan.  Bagaimana bisa orang lain percaya pada orang yang seperti itu ?

Asal-usul dari ciri-ciri karakter di atas tentu tidak lepas dari nilai-nilai yang kita anut, yang telah kita pelajari dan dapatkan dari berbagai sumber selama kehidupan kita. Nilai-nilai inilah yang akan membentuk cara kita berfikir, bersikap, dan mengambil keputusan dalam bentuk tindakan dan perilaku kita sehari-hari.

Jika ditarik lebih jauh ke akarnya, maka kita akan menemukan satu nilai pokok yang merupakan induk dari semua jenis nilai-nilai dan karakter yang ada pada diri manusia, yaitu : nilai keadilan. Bersikap Adil. Menjadi orang yang adil bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Membela keadilan.

Terganggunya rasa keadilan pasti akan mengguncangkan seluruh sendi kehidupan manusia. Tidak hanya kita perseorangan, tapi pasti lebih dari 'seorang kita' yang juga akan ikut terguncang sisi kemanusiannya.

Dengan nilai keadilan inilah orang bisa percaya pada kita, dan kita bisa percaya pada orang lain.
Ketika kepercayaan sudah tumbuh, muncullah respect, rasa hormat kepada orang yang kita percaya. Bagaimana mungkin Anda bisa menaruh hormat pada orang yang tidak anda percaya ?
Tanpa keadilan, tanpa kepercayaan, sulit bagi kita untuk bisa memiliki rasa hormat terhadap orang lain.

Cinta ?

Menjadi semakin jelas bentuknya....


Ask Yourself : bisakah, atau maukah kita mencintai orang yang tidak adil, tidak bisa kita percaya, dan kita tidak memiliki rasa hormat padanya ?



Dalam kehidupan keluarga, bisa Anda bayangkan jika nilai utama yang diajarkan kepada anak bukanlah nilai keadilan, tetapi nilai cinta, yang lebih tinggi dari segalanya. Apa yang akan terjadi ?

Kita akan belajar bahwa mencintai ternyata dapat berbenturan dengan rasa keadilan dan kepercayaan. Sebuah kontradiksi besar, kenyataan pahit, konflik batin, apapun sebutannya, you know it.

Bagaimana rasanya mencintai orang  yang seharusnya kita hormati namun sikapnya tidak adil dan tidak bisa dipercaya ? Anda tahu ?

Sekarang coba kita ganti kata keluarga dengan : sekolah, organisasi, bisnis, pemerintah, negara, dst...
Apa akibatnya ? Anda bisa memperkirakan ?

Jadi, masihkan Anda percaya bahwa cinta yang akan mendamaikan dunia ? Make love not war ?
Cinta hanya akan menjadi bentuknya yang terburuk ketika tidak ada keadilan di dalamnya.
Cinta akan menjadi bentuknya yang terbaik ketika ada keadilan di dalamnya.

Oh, Cintaku....